KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Asallamualaikum
Wr. Wb.
Segala puji Syukur hanyalah milik
Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Shalawat serta salam semoga
tetap terlimpah pada teladan umat manusia, panglima para syuhada serta imam
para ulama, Nabi Muhamad SAW.
Maha suci Allah yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini
tanpa halangan yang berarti.
Penulis menyadari meskipun dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, namun penulis mengucapkan
syukur Alhamdulillah atas terselesaikannya tugas ini tepat pada waktunya.
A.
1. Pengertian dan Jenis-Jenis Prosa-Fiksi
a.
Pengertian
Kata
prosa diambil dari bahasa Inggris, prose. Kata ini sebenarnya
menyaran pada pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan
yang digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti
artikel, esai, dan sebagainya. Agar tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa
ini dibatasi pada prosa sebagai genre sastra. Dalam pengertian kesastraan,
prosa sering diistilahkan dengan fiksi (fiction), teks naratif (narrative
text) atau wacana naratif (narrative discourse). Prosa yang sejajar dengan
istilah fiksi (arti rekaan) dapat diartikan : karya naratif yang menceritakan
sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata.
Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat imajiner. Hal ini berbeda
dengan karya nonfiksi. Dalam nonfiksi tokoh, peristiwa, dan latar bersifat
faktual atau dapat dibuktikan di dunia nyata (secara empiris).
b.
Jenis–Jenis Prosa – Fiksi
Prosa Modern
Dari
khasanah sastra modern, kita mengenal Ada beberapa jenis karya prosa fiksi,
yaitu novel, novelet, dan cerita pendek (cerpen). 1) Cerita Pendek (cerpen). Sesuai
dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa
yang pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif.
Cerita Anak
Cerita
anak, baik karya asli Indonesia, maupun terjemahan, mencakup rentang umur
pembaca yang beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun
(bahkan 13 dan 14) tahun. Adapun bentuknya bermacam-macam, baik serial, cerita
bergambar, maupun cerpen. Tema cerita anak juga beragam, mulai dari
persahabatan, lingkungan, kemandirian anak, dan lain-lain. Sifatnya juga
beragam. Dari segi sifatnya, cerita anak dalam khasanah sastra modern terdiri
atas:
∞ cerita keajaiban, yakni cerita
sihir dan peri yang gaib, yang biasanya melibatkan pula unsur percintaan dan
petualangan. Contoh: Cinderella, Puteri Salju, Puteri Tidur, Tiga Keinginan,
dan lain-lain.
∞cerita fantasi, yaitu cerita
yang 1) menggambarkan dunia yang tidak nyata; 2) dunia yang dibuat sangat mirip
dengan kenyataan dan menceritakan hal-hal aneh; dan 3) menggambarkan suasana
yang asing dan peristiwa-peristiwa yang sukar diterima akal. Macam-macamnya
adalah: fantasi binatang, fantasi mainan dam boneka, fantasi dunia liliput,
fantasi tentang alam gaib, dan fantasi tipu daya waktu.
∞ cerita fiksi ilmu pengetahuan,
yakni cerita dengan unsur fantasi yang didasarkan pada hipotesis tentang
ramalan yang masuk akal berdasarkan pengetahuan, teori, dan spekulasi ilmiah,
misalnya cerita tentang petualangan di planet lain, makhluk luar angkasa, dan
sejenisnya.
Novel Remaja
Novel
remaja adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca remaja. Oleh karena yang
ditujunya remaja, maka isi dan penyajiannya pun disesuaikan dengan dunia
remaja. dari segi isinya, novel remaja biasanya berkisah tentang percintaan,
persahabatan, permusuhan, atau petualangan. Bahasanya adalah bahasa khas remaja
yang mengacu pada bahasa gaul: bahasa khas remaja kota. Dilihat dari jenis
ceritanya, ada novel detektif, petualangan, juga novel drama. Dalam
perkembangan sastra akhir-akhir ini, novel remaja dapat dikatakan mengalami booming.
Prosa Lama
Yang
dimaksud dengan istilah prosa lama di sini adalah karya prosa yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat lama Indonesia, yakni masyarakat tradisional. di
wilayah Nusantara. Jenis sastra ini pada awalnya muncul sebagai sastra lisan.
Di antara jenis-jenis prosa lama itu adalah mite, legenda, fabel, hikayat, dan
lain-lain. Jenis-jenis prosa lama tersebut sering pula diistilahkan dengan folklor
(cerita rakyat), yakni cerita dalam kehidupan rakyat yang diwariskan dari
generasi ke generasi secara lisan. Dalam istilah masyarakat umum, jenis-jenis
tersebut sering disebut dengan dongeng.
Dongeng, adalah cerita yang
sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang
diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.
Fabel adalah cerita
rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatna g yang
diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu
Harimau, dan lain-lain.
Hikayat adalah cerita,
baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.
Legenda adalah dongeng
tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di
suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang,
Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.
Mite adalah cerita yang
mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah dipercayai orang
banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan
kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.
Cerita Penggeli Hati, sering
pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir
semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong
kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur
kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan,
Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
Cerita Perumpamaan adalah
dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat
mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang
Haji Bakhil. Kisah adalah karya sastra lama yang berisi cerita tentang
perjalanan atau pelayaran seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Contoh:
Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abullah ke Jeddah, dan
lain-lain.
B.
Pengertian
fiksi
Sudjiman, (1984:17) yang menyebut
fiksi inidengan istilah ceritera rekaan, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh,
lakuan, danalur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam
prosa.Logika dalam prosa fiksi adlah logika imajnatif, sedangkan logika dalam
nonfiksiadalah logika factual.Prosa fiksi dapat dibedakan atas pendek dan
novel.
C.
Pengertian
prosa
Prosa
adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi
ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang
lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa
Latin “prosa” yang artinya “terus terang”.
Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau
ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel,
ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa biasanya dibagi
menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan
prosa argumentatif. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah “gancaran”.
D.
Pisaw
analisis yang digunakan untuk menganalisis cerpen yaitu mengunakan unsure
intrinsic menurut
Nurgiyantoro.
Menurut
Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi unsur- unsur intrinsik ialah
unsur- unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur- Unsur-unsur
intrinsik tersebut antara lain sebagai berikut.
1.
Tema
2.
Alur Cerita
3.
Penokohan
4.
Latar
unsur
latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
·
Latar Tempat
·
Latar Waktu
·
Latar Sosial
5. Sudut Pandang
6. Gaya Bahasa dan Nada
Cerpen yang akan
di analisis berjudul “Perbatasan”
“PERBATASAN”
Perbatasan
biasanya pagi selalu diawali dengan tepukan hangat tangan Ibu dipipiku. Tangan
itu selalu berbau nasi bercampur kayu bakar. Tapi pagi ini, aku dibangnkan oleh
suara kentongan keras dari arah bale warga yang berjarak 500 meter dari
rumahku. Aku tergeregap. Dari bunyinya kentongan itu dipukul kerap dan cepat.
Segera aku berlari keteras. Hampir berbarengan dengan ibu yang keluar dari dapur yang membawa centhong.
“Pasti ada yang ditemukan lagi diperbatasan,” kata ibu sambil mengelap tangannya
yang basah oleh air beras ke kainnya.
Beberapa warga berlari melewati
rumahku menuju bale warga. Pak sangkuy sempat berhenti dan mengajak ibu turut
serta. “nanti nasiku gosong” jawab ibu
sambil mengacungkan centong seolah membuktikan ucapannya.
Aku diperbolehkan Ibu bergabung dengan
mereka ketika Vadi lewat berlari-lari keci dibelakang pamannya.
“hati-hati. Jangan melihat terlalu
dekat,” pesan ibu sambil mengelus rambut ku.
Aku segera berlari mengejar Vadi. Ternyata dugaan Ibu benar. kata Vadi, subuh tadi ada seorang perempuan
ditemukan tergeletak di daerah perbatasan.
“Yang menemukan Draja,“ tutur Vadi
sambil ter engah-engah. Kaki kecil kami memang harus bergerak lebih cepat agar
tak ketinggalan dengan langkah orang dewasa.
Sesampainya di bale warga, kerumunan
oarang sudah menyemut hingga di ujung bawah tangga. Sambil bergandengan, aku
dan Vadi mencoba menyelinap menyibak
pinggang orang-orang yang memenuhi rumah panggung ini. Ukuran badan kami yang
kecil ternyata memudahkan untuk menyulusup hingga sampai d bagian depan.
Kini,
di hadapan kami tampak seorang perempuan kira-kira berusia 20 tahun. Ia bertubuh kurus. Mengenakan celana seperti lelaki dari bahan
yang sepertinya keras. Aku tak tahu namanya. Di atas nya, ia mengenakan baju
tanpa lengan dengan leher tinggi di bawah
dagu nya.
Rambut
sebahu perempuan itu di biarkan terurai. Sebagian kusut, di antara helaian
rambut nya, tampak berkilauan anting-anting berbentuk lingkaran yang
menggantung di bawah telinga nya. Ukuran nya cukup besar, hampir sebesar kuping
nya.
Dengan
gelisah,perempuan itu duduk menekuk kedua kaki nya hingga merapat ke dada nya.
Ke dua tangan nya berpangku memeluk lutut. Kepalanya menunduk. Tak berani
mendongak melihat banyak nya pasangan mata warga desa ku yang berdiri
mengelilingi nya. Ia seperti bayi rusa yang di temukan Khadi sepuluh hari yang
lalu. Bedanya, bayi rusa itu berani membuka mata nya dan melihat orang-orang
yang mengelilingi nya.
Kami
bukan nya ingin menjadikan perempuan itu sebagai tontonan. Tapi aku
tahu,penduduk desa ini tak berani melakukan sesuatu tanpa perintah pemimpin
desa, Jardin. Untung lah salah seorang pemuda yang di minta menjemput Jardin,sudah kembali bersamanya. Setelah
Jardin muncul, semua dengungan warga yang sibuk mengomentari kemunculan
perempuan itu langsung berhenti. Arah pandangan seluruh warga mengikuti Jardin, yang berjalan tenang mendekati
perempuan yang masih duduk menekuk kaki itu. Begitu sampai di hadapan perempuan
itu, Jardin ikut berjongkok. Ia mengelus perlahan kepala perempuan yang tetap
menunduk itu. Begitu ia berdiri, seluruh warga langsung menunggu keputusan
darinya.
“tentunya
semuanya setuju kalau tamu kita ini beristirahat. Aku akan mengantarnya ke
salah satu rumah warga untuk tinggal sementara di sana. Setelah itu, seperti
biasa, kita semua akan menjadi tuan rumah yang baik” jardin bertepuk tangan
tiga kali, dan semua orang langsung berbalik meninggalkan bale warga.
Saat
aku berbalik hendak mengikuti mereka, Jardin menahanku.
“aku
ingin ikut ke rumahmu. Perempuan ini bisa tinggal bersamamu kan?”
Aku
mengangguk. Jadi, aku dan vadi masih tinggal di bale warga. Menatap perempuan
itu yang kini berdiri di sebelah jardin. Tinggi mereka sama.
“ayo!”
ajak Jardin sambil menggandeng tangan wanita itu. Dalam diam, akhirnya kami
berjalan menuju rumahku.
Perempuan
itu bernama Susan. Nama yang aneh untuk kampung kami. Meski aneh, entah kenapa
aku sepertinya cukup akrab dengan nama itu. Susan tak banyak bicara. Sering ia
terlihat bengong, menatap tanpa arah. Jika sudah seperti itu, Ibu cepat-cepat
mengajak Susan bicara tentang apa saja dan Susan menanggapinya dengan menis
menurutku pada dasarnya ia tak sulit di ajak bicara, hanya sering percakapan
ibuku dengan Susan kurang aku pahami.
“kalau
mau, kamu bisa ikut mandi di kali. Disini sudah biasa waktu pagi dan sore hari,anak-anak
muda seperti mu mandi bersama. Orang tua seperti ku sesekali ikut. Tapi sering
terlalu banyak pekerjaan yang harus ku bereskan,jadinya tak sempat ikut. kalea
bisa mengantarmu jika kamu mau,”ujar ibuku pada suatu sore.
Aku
mengangguk seolah meyakinkan susan,aku bisa mengantarnya ke kali.Yang tak ku
mengerti pertanyaan nya setelah itu ”hanya perempuan sajakan yang mandi di
kali?”.
Aku langsung bengong. Begitu pula
Ibuku.
“Tentu saja tidak. Pada dasarnya
bisa ikut mandi bersama. Bukankan tadi aku mengatakan anak-anak muda?” suara
ibuku terdengar bingunng.
Yang lebih membuat kami bingung,
meihat reaksi Susan setelah itu matanaya terbeliak. Mulutnya ternganga. Seperti
oarang yang barusaja dikageti” gila! Mandi bersama laki dan perempuan? Ituh
porno sekali” teriaknya terkaget-kaget.
Kepalaku tambah pusing.
“Porno itu apa? Kenapa kamu biilang
gila? Kami bukan orang gila!” kataku.
Sekarang gantian Susan yang terlihat
bingung.
“Aku baru sadar kalo aku terdampar
ditempat aneh,” ujarnya setengah bergumam. “lelaki dan perempuan tidak
seharunya mandi bersama. Ituh terlarang. kalau sudah kawin sih tidak masalah.
Tapi kalo belum sih ituh tidak boleh, dosa, tabu,” tambahnya.
Aku dan ibu langsung
menggeleng-geleng kepala. kami sama-sama menghela napas. “sudah bertahun-tahun
kami melakukan nya.makannya kami tidak tahu yang aneh dari mandi
bersama.mungkin hal ini takbiasa ditempat mu berasal. Tapi sekarang kamu ada di
sini. Silakan saja kalau kamu ingin menyesuaikan diri atau tidak.
Ibu
langsung berbalik kedapur seperti orang marah. Aku juga ingin marah. Tapi aku
kasihan karena susan terlihat betul betul bingung.
Untuk
menghilangkan kebingungan susan, seharian itu Aku ajak dia jalan-jalan. Di tepi
kali, ia tak bisa menahan diri sekali
berteriak kaget saat mendapati para perempuan
di desa kami mandi di kali. Waktu kuajak dia menanti giliran para lelaki
mandi, susan langsung terbirit-birit pergi. Aku tak tahu apa yang membuatnya
takut.
Sambil
mengajaknya berkeliling, Kuceritakan tentang kampung kami.Dengan luas yang tak
kuketahui persisnya, kata jardin, penghuni kampung ini semuanya pendatang yang
tiba-tiba masuk dari perbatasan. Selebihnya anak-anak sepertiku, lahir
dikampung ini. Tidak ada yang tahu perbatasan itu seperti apa. Menurut yang
kudengar , baik ibuku maupun orang-orang dewasa dikampung ini, tiba-tiba saja
muncul diperbatasan dalam keadaan tak sadar dan linglung. Sama seperti saat
susan di temukan.
Setelah dikampung ini, biasanya orang-orang
dewasa itu perlahan-lahan akan lupa akan tempat asalnya. Kalaupun tidak lupa,
mereka tidak bisa lagi kembali. Aku sendiri belum pernah keperbatasan, tapi
kata orang-orang, perbatasan kampung ini berupa hutan yang tak berujung.
Mungkin karena itulah, mereka tidak ada yang pernah mencoba untuk kembali,
Entah karena malas saking lebat dan luasnya hutan tersebut, atau mereka sudah
betah tinggal di kampung ini. Aku pikir alasan utamanya karena mereka betah.
Soalnya, sebagian besar dari mereka tak pernah mencoba datang ke perbatasan.
Kata mereka, kehidupan di kampung ini lebih menyenangkan dari tempat asal mereka.
Lihat
saja Susan. Meski ia terkaget-kaget melihat cara mandi orang-orang di kampung
ini, dalam waktu seminggu, ia sudah bergabung dengan mereka. Bahkan paling
semangat. Kata susan, di tempat ia berasal, ia tak pernah sebahagia ini
SEBULAN
setelah susan ditemukan, entah kenapa banyak sekali orang yang ditemukan di
perbatasan. Hal ini membuat jardin menyuruh membuat lebih banyak rumah.
Banyaknya orang yang datang membuat sebagian besar orang dewasa mulai mengadakan
banyak pembicaraan rahasia.
Kata
jardin, akan makin banyak orang yang ditemukan di perbatasan. Kita harus
siap-siap, kata raji pada Ibu suatu malam.
Mereka mengira aku sudah tidur. Makanya mereka
tidak lagi bicara sambil berbisik-bisik.
Aku
tahu saat seperti ini akan datang. Mereka semakin terhimpit, tersedak, saat itulah mereka
berhasil menemukan perbatasan. Hanya yang betul-betul membutuhkan tempat ini
yang berhasil menemukan perbatasan, bisik ibu.
Kita
sudah beruntung berada di tempat ini.
Masih banyak orang-orang tertinggal di daerah sana. Aku dengar dari mereka yang
baru tiba, situasi makin tak karuan. Banyak aturan yang semakin menjauhkan
manusia dari naluri mereka. Perempuan dilarang keluar malam. Bergandengan
tangan juga dihukum. Bahkan mereka mulai menangkapi lelaki yang tinggal bersama
dengan teman lelakinya, juga perempuan-perempuan yang hidup satu rumah.
Aku
tersentak. Tak dapat kubayangkan betapa mengerikannya daerah asal ibuku.
Bagaimana mungkin bergandengan tangan pun dilarang. Padahal di kampung ini,
setiap orang berjalan-jalan sambil bergandengan tangan.
Setiap
bertemu, kami berciuman. Baik itu sesama perempuan, sesama lelaki, atau lelaki
dan perempuan. Tak ada yang salah dari semua itu. Aku bahkan tak habis pikir
kenapa menangkapi para perempuan yang keluar pada malam hari.
Saat
kuceritakan semua ini kepada Vadi, dia begitu marah. Sambil membawa rotan, ia
mengajakku pergi ke perbatasan. Aku menolak. Tapi Vadi menarik keras tanganku.
Kami akhirnya berlari menuju batas desa. Pohon-pohon begitu tinggi dan lebat.
Aku ragu melangkah. Tapi Vadi semakin keras menggenggam tanganku. Sebelah
tangannya yang lain memegang sebilah rotan dengan kuat. Aku tahu ia sangat
marah sekali. Jika sudah seperti ini, tak ada yang dapat menghentikannya lagi.
Sambil
mendongak ke atas, kucoba melihat pucuk tertinggi pohon-pohon di depanku.
Sia-sia. Ujung-ujungnya seolah menyatu dengan langit. Aku tak dapat melihatnya.
Sinar matahari membuatku silau. Saat menunduk, baru kusadar langkah kami sudah
memasuki hutan. Anehnya, saat melewati pohon demi pohon, kami seolah melewati
udara. Batang-batang pohon itu seolah mengabur seperti asap.
Kami
terus berjalan. Terus. Dan semakin kami berjalan, pohon-pohon itu menguap satu
demi satu. Tak kurasakan lagi cahaya matahari. Aku ingin kembali. Tapi entah
kenapa aku tak dapat menghentikan langkahku. Begitu pula Vadi.
Aku
ingin kembali, ujarnya sambil menangis.
Tapi
kami tak dapat berhenti. Semakin jauh kami berjalan, kegelapan semakindatang.
Hingga akhirnya kami mendapati kegelapan itu dipenuhi titik-titik cahaya
seperti kunang-kunang. Hanya saja kunang-kunang itu berukuran besar dan
menempel di semacam kayu berwarna putih. Saat kuketuk batangnya. Terdengar
bunyi tang. Keras sekali. Tanganku sampai sakit.
Tempat
kami berpijak bukan tanah. Aku tak tahu apa namanya. Berwarna abu-abu dan
berbentuk kotak-kotak panjang yang ditempel berjajar. Di depan kami, melintas
benda-benda seperti kardus berukuran besar dengan orang duduk di dalamnya.
Benda-benda itu bergerak begitu cepat. Melebihi lari seorang manusia. Refleks,
kugenggam telapak tangan Vadi berkeringat. Ia pasti juga ketakutan sama
sepertiku.
Tiba-tiba,
sebuah kardus berhenti. Dari dalam keluar laki-laki berseragam membawa tongkat.
Mereka melihat kami. Spontan kami berbalik dan lari. Mereka mengejar. Aku tak
tahu mengapamereka meneriaki kami. Tapi sambil berlari, kulihat mereka juga
mengejar beberapa perempuan. Keadaan begitu kacau balau. Teriakan perempuan
terdengar di mana- mana. Aku ikut. Berteriak.
Kutarik
tangan Vadi. Kami mencoba mencari hutan yang kai lalui tadi. Tapi kami tidak
menemukannya. Kami terus berlari. Bercampur bersama para perempuan yang dikejar
para lelaki berseragam itu. Entah sampai kapan kami harus berlari. Perbatasan
itu tak kami temukan lagi.
Jakarta,
8 Mei 2008
E.
Analisis
cerpen
“PERBATASA”
Analisis cerpen
berdasarkan unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro
A.
Tema cerita
Ditemukannya
seorang perempuan tergeletak di daerah perbatasan
B. Alur
cerita
Alur
cerita ini merupakan peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan, urutan
kejadian, Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa waktu, sehingga alur cerita ini
alur maju
C. Penokohan
dalam cerpen
“perbatasan”
·
Aku→ yang menjadi tokoh Aku dalam cerpen
perbatasan meruapakan seorang anak kecil yang tinggal di suatu desa. Wataknya
yang menjadi tokoh “aku” adalah orang yang selalu ingin tau segala sesuatu
kejadian dan permasalahan. Beperan
sebagai peran prontagonis.
·
Ibu → yang menjadi
tokoh Ibu dalam cepen perbatasan adalah
seorang Ibu rumah tangga yang sama dengan anaknya yang tinggal di desa. Watak
tokoh Ibu dalam cerpen perbatasan adalah
selalu berhati-hati dalam memutuskan suatu hal dan baik hati, ramah tamah, dan
mudah bersosialisasi terhadap orang yang belum ia kenal. Berperan sebagai peran prontagonis.
·
vadi→temannya yang
menjadi Tokoh aku dan wataknya sama dengan yang menjadi tokoh aku, yaitu selalu
ingin tau terhadap suatu hal kejadian.
Berperan sebagai peran prontagonis
·
Jardin→ adalah seorang
pemimpin desa. Watak Jardin dalam cerita ini sifatnya baik hati dan selalu bisa
mengatur warganya yang baru dan yang lama.
Berperan sebagai peran prontagonis
·
Susan→adalah seorang
perempuan yang berumur kira-kira 22 tahun yang tersesat di suatu tempat yang
disebut perbatasan. Wataknya tidak mudah bersosialisasi dengan orang yang asing
baginya. Berperan sebagai peran prontagonis
D. Menurut
Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok, antara lain sebagai berikut.
·
Latar tempat
Latar yang terjadi dalam cerpen perbatasan adalah di sebuah kampung, perbatasan,
hutan, perkotaan, sungai dan di balai warga.
·
Latar waktu dalam
cerpen perbatasan
o Pagi
hari
o Sore
hari
·
Latar sosial dalam
cerpen perbatasan
o Masyarakat
yang tinggal di kampung dekat perbatasan masyarakatnya tidak mengenal agama,
perilakunya bebas tidak ada aturan, tidak mengetahui soaial budaya yang baik
dan banyak hal-hal mistis di kampung ini.
o Latar
sosial yang menjadi tokoh Susan, orangnya beragama, mengetahui yang benar dan
salah, dan mengetahui soaial budaya yang baik.
E. Sudut
pandang
·
Pengarang mengungkapkan
gagasanya dan pikiranya kedalam cerita ini mengungkapakan kurangnya peradaban
manusia terhadap hal-hal yang ber agama, modern,
budaya
dan soial. Posisi cerita ini berganti-ganti, karena banyak kejadiannya sehingga
diceritakan secara satu persatu tetapi tersusun ceritanya dari kejsdian yang satu ke kejadian yang lainnya. Pengarang
menyampaikan ceritanya kepada pembaca dengan persepsi tokoh.
·
berikut berdasarkan
pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita:
persona ketiga dan persona pertama
persona yang pertama
“dia”, yaitu yang menjadi tokoh utama dalam cerita perbatasan yang bernama Suasan dan yang menjadi persona yang ketiga
yaitu yang menjadi tokoh aku yaitu sorang anak kecil yang berperan banyak
membantu Susan.
F.
Gaya bahasa dan jiwa
Citra/imaji.
Citra/imaji adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau
memperkonkret apa yang dinyatakan pengarang sehingga apa yang digambarkan itu
dapat ditangkap oleh pancaindera kita. Melalui pencitraan/pengimajian apa yang
digambarkan seolah-olah dapat dilihat (citraan penglihatan) didengar (citraan
pendengaran), dicium ( citraan penciuman), dirasa (citraan taktil), diraba
(citraan perabaan), dicecap (citraan pencecap), dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:
Sinar Baru
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Elizabeth, Hurlock B. 1980. Developmental Psychology. New York. Mc.Graw Hill Book http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2050683-pengertian-prosa/#ixzz1vgrxJYCY
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Elizabeth, Hurlock B. 1980. Developmental Psychology. New York. Mc.Graw Hill Book http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2050683-pengertian-prosa/#ixzz1vgrxJYCY
Makasih bgt bro info nya, sangat bermanfaat buat anak saya. hehe
BalasHapusJangan Lupa mampir ke blog EXPO Lowongan Kerja Terbaru ane ya Lowongan Kerja BANK Terbaru
sangat membantu terimakasih
BalasHapus