Rabu, 04 Juli 2012

Realita Kehidupan “Dodolitdodolitdodolibret”


DODOLITDODOLITDODOLIBRET

” Seno dan “Tiga Pertapa” Tolstoy: Adaptasi atau Kebetulan?

( Bagian Pertama )
BERDOA merupakan salah satu ibadah kepada Sang Pencipta. Dengan berdoa seseorang bisa memohon atau meminta sesuatu yang bersifat baik kepadaNya, seperti minta keselamatan hidup, perlindungan, rezeki yang halal, keteguhan iman, dan lain sebagainya. “Cara berdoa yang benar” disuguhkan Kiplik atau Guru Kiplik dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” karya Seno Gumira Ajidarma yang dimuat dalam Dodolitdodolitdodolibret: Cerpen Pilihan Kompas 2010 (Penerbit Buku Kompas, 2011: 1-8). Cerpen ini merupakan cerpen terbaik Kompas 2011.
Cerpen ini menceritakan seorang lelaki bernama Kiplik yang merasa yakin telah menguasai dan mengamalkan “cara berdoa yang benar”. Menurut hasil pengamatan Kiplik banyak sekali orang yang berdoa dengan tidak benar, padahal jika kata-kata dalam sebuah doa yang diucapkan salah, maka bukan saja menghasilkan makna yang berbeda, tetapi malah bisa bertentangan. Dalam keyakinan Kiplik, “cara berdoa yang benar” itu haruslah sempurna, yakni kata-katanya tidak keliru, gerakannya tepat, waktunya terukur, perhatiannya terpusat, dilandasi kepercayaan yang mendalam dan tak tergoyahkan, seolah-olah sedang melakukan sesuatu yang benar, sangat benar, bagaikan tiada lagi yang akan lebih benar. Dengan kebenaran cara berdoa yang dipraktikkan Kiplik dalam kehidupannya, ia mendapatkan kebahagiaan yang tiada tara.

Kebahagiaan yang diperolehnya membuat Kiplik merasa mendapatkan suatu kekayaan yang tidak ternilai, dan oleh sebab itu ia selalu ingin membagikannya kepada siapa saja. Sebagai ahli ilmu berdoa, Kiplik yang selanjutnya dikenal dengan sebutan Guru Kiplik mengembara untuk mengajarkan ilmunya kepada orang banyak , agar mereka dapat berdoa dengan benar seperti dirinya, dan mencapai kebahagiaan seperti dirinya pula. Banyak orang percaya dan merasakan kebenaran pendapat Guru Kiplik, serta menjadi pengikutnya.
Sebagai seorang ahli berdoa, Guru Kiplik menyangsikan kebenaran sebuah dongeng lama, bahwa siapa pun yang berdoa dengan benar akan mampu berjalan di atas air. Menurut Guru Kiplik dongeng itu hanyalah perlambang untuk menegaskan kebebasan jiwa yang akan diperoleh siapa pun yang berdoa dengan benar.
Suatu ketika, Guru Kiplik mengembara ke sebuah pulau terisolir di tengah sebuah danau yang sangat luas. Pulau itu subur makmur sehingga penghuninya tidak perlu keluar pulau untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Guru Kiplik mendapati sembilan orang penduduk pulau tersebut yang rajin bekerja dan tidak putus-putusnya berdoa. Namun cara berdoa yang mereka lakukan ternyata salah di mata Guru Kiplik. Untuk itu ia merasa terpanggil mengubah cara berdoa mereka yang salah tersebut, sebab menurutnya cara berdoa penduduk pulau tersebut justru memohon kutukan bagi diri mereka sendiri. Dengan susah-payah akhirnya Guru Kiplik berhasil mengajari mereka “cara berdoa yang benar”.
Setelah berhasil, Guru Kiplik pamit untuk melanjutkan perjalanannya. Ia merasa bersyukur telah berhasil mengajari mereka. Setelah berada di atas perahu dan melanjutkan perjalanan, Guru Kiplik merasa tercengang ketika menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa kesembilan warga pulau tersebut menyusulnya dengan berlari di atas air sambil berteriak, “Guru! Guru! Tolonglah kembali Guru! Kami lupa lagi bagaimana cara berdoa yang benar!”
Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga. Mungkinkah sembilan penghuni pulau terpencil, yang baru saja diajarinya cara berdoa yang benar itu, telah begitu benar doanya, begitu benar dan sangat benar bagaikan tiada lagi yang bisa lebih benar, sehingga mampu bukan hanya berjalan, tetapi bahkan berlari-lari di atas air? (Dodolitdodolitdodolibret, 2011:7).
Adaptasi atau Kebetulan?
Sebuah karya sastra sebenarnya lahir tidak dalam kekosongan, sehingga sangat memungkinkan adanya pengaruh karya lain yang telah muncul terlebih dahulu. Jalin-menjalin antarkarya sastra sangat dimungkinkan, karena setiap pengarang menjadi bagian dari penulis lain. Setiap pengarang sulit lepas dari karya orang lain, karena mereka harus membaca dan meresepsi karya orang lain.
Begitu pula halnya yang terjadi dengan cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” ini. Secara sepintas, cerpen tersebut memiliki kemiripan dengan cerpen versi bahasa Indonesia karya Leo Tolstoy berjudul “Tiga Pertapa” yang terdapat dalam Di Mana Ada Cinta, di Sana Tuhan Ada (Serambi Ilmu Semesta, 2011: 45-57) dengan penerjemah Atta Verin. Dalam versi bahasa Inggris, cerpen ini berjudul “Three Hermits” dan diterbitkan tahun 1886 (http://www.online-literature.com).
“Tiga Pertapa” bercerita tentang seorang uskup dan sejumlah peziarah yang berlayar menuju sebuah biara yang jauh. Dalam perjalanan tersebut, mereka melintasi sebuah pulau yang konon katanya dihuni oleh tiga orang pertapa tua yang misterius. Uskup tersebut merasa terpanggil untuk melihat cara beribadah ketiga pertapa, apakah sudah benar atau belum. Sang uskup pun minta kepada kapten kapal untuk turun sebentar ke pulau itu.
Tergerak oleh rasa iba terhadap ketiga pertapa yang ingin berbakti kepada Tuhan, tetapi tidak mengerahui tata cara yang benar, uskup itu kemudian mengajarkan mereka cara berdoa menurut ajaran Tuhan melalui kitab suci yang telah dipahaminya. Para pertapa yang sudah tua tersebut susah-payah melafalkan doa yang diajarkan sang uskup. Uskup itu tidak berhenti hingga ia selesai mengajarkan seluruh doa. Ia mengajari mereka hingga mereka mampu mengucapkannya tanpa dibimbing lagi, bukan sekadar menirukan kata-katanya. Ia berpesan kepada mereka untuk berdoa sesuai dengan cara yang diajarkannya. Kemudian ia kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan.
Belum jauh kapal berlayar, tiba-tiba dari arah pulau terdengar suara air menderu. Uskup dan para penumpang kapal lainnya menyaksikan ketiga pertapa tua itu mendekati kapal dengan berlari di atas air. Mereka minta diulangi doa yang diajarkan sang uskup karena mereka lupa. Uskup takjub melihat kejadian tersebut, lalu berkata, “Bukan aku yang harus mengajari kalian. Berdoalah untuk kami, para pendosa ini,” (Tolstoy, 2011:57).
Leo Tolstoy (1828-1910) adalah sastrawan Rusia terbesar yang berpengaruh luas dalam peta sastra dunia. Novelis besar yang lahir di Yasnaya Polyana (kawasan pedesaan Rusia sebelah selatan Moskow), 9 September 1828 ini, juga seorang pemikir sosial dan moral terkemuka pada masanya. Karya-karyanya yang bercorak realis dan bernuansa religius sarat dengan perenungan moral dan filsafat. Gagasan-gagasan putra seorang ningrat ini kontroversial dan tidak lazim pada masanya, sehingga sering membuatnya dicap sebagai anarkis oleh kaum puritan.
“Dodolitdodolitdodolibret” dan “Tiga Pertapa” secara tematik memiliki pesan yang sama, yakni pengarang berusaha mengingatkan pembaca bahwa janganlah seseorang menganggap pemahaman dirinya adalah yang paling benar di antara pemahaman-pemahaman lainnya. Apabila dikaji secara intertekstual maka akan ditemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya sebelumnya pada karya yang muncul kemudian. Tujuan kajian interteks itu sendiri adalah untuk memberikan makna secara lebih penuh terhadap karya tersebut (Teeuw dalam Nurgiyantoro, 2007:50). Prinsip intertekstualitas yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan makna karya yang bersangkutan. Karya tersebut diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari karya yang lain. Masalah intertekstual lebih dari sekadar pengaruh, ambilan, atau jiplakan, melainkan bagaimana kita memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain yang menjadi hipogramnya.
Dalam hal ini (ditinjau dari tahun penerbitannya) “Tiga Pertapa” berkedudukan sebagai hipogram (induk) yang menetaskan karya baru, yakni “Dodolitdodolitdodolibret”. Pada akhir cerpennya, Seno menuliskan keterangan referensial bahwa “cerita ini hanyalah versi penulis atas berbagai cerita serupa, dengan latar belakang berbagai agama di muka bumi”. Hal ini menunjukkan bahwa cerpen Tolstoy merupakan salah satu cerita yang ditransformasi Seno ke dalam ceritanya (dengan melihat bentuk-bentuk hubungan unsur intrinsik kedua cerita tersebut).
Berkaitan dengan masalah hipogram, Julia Kristeva (dalam Nurgiyantoro, 2007:52) mengemukakan bahwa tiap teks merupakan sebuah mosaik kutipan-kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks lain. Hal ini berarti bahwa tiap teks mengambil unsur-unsur yang dipandang baik dari teks sebelumnya, kemudian diolah dalam karya sendiri berdasarkan tanggapan pengarang yang bersangkutan. Dengan demikian, walau sebuah karya mengandung unsur ambilan dari berbagai teks, karena telah diolah dengan pandangan dan daya kreativitas sendiri, dengan konsep estetika dan pikiran-pikirannya, karya yang dihasilkan tetap mengandung dan mencerminkan sifat kepribadian penulisnya. Sebuah teks kesastraan yang demikian dapat dipandang sebagai karya yang baru. Pengarang dengan kekuatan imajinasi, wawasan estetika, dan horison harapannya sendiri, telah mengolah dan mentransformasi karya-karya lain ke dalam karyanya sendiri (Nurgiyantoro, 2007). 

DODOLITDODOLITDODOLIBRET

" Seno dan "Tiga Pertapa" Tolstoy: Adaptasi atau Kebetulan?

(Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)
Beberapa bentuk hubungan unsur intrinsik yang ditemukan dalam kedua cerita adalah sebagai berikut. Kedua cerpen ini menceritakan tentang seorang yang pemuka agama yang merasa dirinya telah benar melakukan ibadah kepada Tuhan, sehingga ia merasa terpanggil untuk memperbaiki cara beribadah orang-orang yang belum benar melaksanakan tata caranya, khususnya berdoa. Dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret”, Seno menyuguhkan tokoh Kiplik atau Guru Kiplik sebagai seorang ahli dalam berdoa, yang telah merasa yakin bahwa ia telah mempraktikkan “cara berdoa yang benar”, sehingga ia memperoleh kebahagiaan yang tiada tara. Ia ingin semua orang juga turut merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakannya. Untuk itu ia mengajari orang-orang “cara berdoa yang benar”. Sementara, Tolstoy dalam cerpennya “Tiga Pertapa” menghadirkan seorang uskup yang terpanggil oleh rasa kasih Tuhan untuk menjaga dan mengajari umat manusia menurut ajaran Tuhan melalui kitab suci.
Dalam kedua cerita ini terlihat masing-masing pemuka agama tersebut --Guru Kiplik dan uskup-- pergi ke sebuah pulau terpencil. Seno menggambarkan pulau tersebut berada di tengah-tengah sebuah danau yang sangat luas, sedangkan Tolstoy menggambarkan sebuah pulau yang terletak di tengah lautan. Di pulau tersebut, Guru Kiplik mendapati sembilan orang penghuni pulau yang rajin berdoa, namun salah dalam tata caranya di mata Kiplik. Uskup yang dikisahkan Tolstoy mendapati tiga orang pertapa tua yang ingin menyelamatkan jiwa mereka dan berdoa kepada Tuhan. Namun hal yang sama ditemui uskup tersebut, cara berdoa ketiga pertapa itu tidak benar. Selanjutnya, baik Guru Kiplik maupun uskup itu melakukan pembenahan agar penduduk pulau tersebut memperoleh pengetahuan cara berdoa yang benar, dengan mengajari mereka meskipun dengan upaya yang keras (sebab harus mengubah cara berdoa yang telah mereka lakukan bertahun-tahun). Setelah mereka mampu mempraktikkan cara bedoa yang benar menurut Guru Kiplik maupun uskup tersebut, kedua ahli berdoa ini pun pamit dan pergi meninggalkan pulau itu. “Guru Kiplik merasa bersyukur telah berhasil mengajarkan cara berdoa yang benar” (Dodolitdodolitdodolibret, 2011:7), dan uskup “berterima kasih pada Tuhan karena telah mengirimnya untuk mengajari dan membantu orang-orang sebaik itu” (Tolstoy, 2011:55).

Belum jauh perahu (Guru Kiplik) atau kapal (uskup) berlayar meninggalkan pulau, masing-masing mereka dikejutkan oleh kedatangan warga pulau —yang tadinya mereka ajarkan cara berdoa yang benar— mengejar perahu/kapal mereka dengan berlari-lari di atas air. Kesembilan warga pulau terisolir maupun ketiga pertapa tua itu lupa cara berdoa yang benar dan minta diajarkan kembali. Guru Kiplik terpana, matanya terkejap-kejap dan mulutnya menganga. Mungkinkah sembilan penghuni pulau terpencil, yang baru saja diajarinya cara berdoa yang benar itu, telah begitu benar doanya, begitu benar dan sangat benar, sehingga mampu bukan hanya berjalan, tetapi bahkan berlari-lari di atas air? (Dodolitdodolitdodolibret, 2011:7). Sedangkan uskup berkata, “Doa kalian akan didengar Tuhan. Bukan aku yang harus mengajari kalian. Berdoalah untuk kami, para pendosa ini” (Tolstoy, 2011:57).
Menurut Edi Sembiring dalam tulisannya “Mantra ‘Dodolidodolitdodolibret’-nya Seno Gumira Ajidarma Bukan Plagiat” (http://fiksi.kompasiana.com) Tolstoy maupun Seno dalam menuliskan cerpennya terinspirasi pada kisah Yesus yang mengajarkan “doa Bapa kami” yang melarang untuk bertele-tele dalam berdoa (Injil Matius 6: 7-8; Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.) Selanjutnya Tolstoy dan Seno juga terinspirasi dari kisah Yesus yang berjalan di atas air, dan bagaimana Petrus yang mencoba mendekati-Nya hampir tenggelam (Matius 14: 30-31; Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”).
Pernyataan Edi Sembiring ini sepertinya dapat menegaskan bahwa cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” ini berlatar belakang berbagai ajaran agama seperti yang telah diungkapkan Seno dalam catatan referensialnya. Tolstoy secara gamblang menghadirkan kisah tentang trinitas suci yang dianut oleh umat Kristen. Uskup yang menjadi tokoh utama dalam “Tiga Pertapa” dengan jelas mengajarkan “doa Bapa kami” (seperti yang digambarkan Edi Sembiring) kepada tiga pertapa tua di pulau terpencil itu. Begitu pula keberadaan tokoh tiga pertapa yang diciptakan Tolstoy, sangat berkaitan dengan cara berdoa mereka, seperti yang terlihat pada kutipan berikut. “Kami berdoa seperti ini,” pertapa itu menjawab. “Engkau ada tiga, kami ada tiga, maka kasihanilah kami” (Tolstoy, 2011: 52). Sedangkan Guru Kiplik yang dibangun Seno dalam cerpennya hanya mengutarakan bahwa “cara berdoa yang benar” adalah kata-katanya tidak keliru, gerakannya tepat, waktunya terukur, perhatiannya terpusat, dilandasi kepercayaan yang mendalam dan tak tergoyahkan, seolah-olah sedang melakukan sesuatu yang benar, sangat benar, bagaikan tiada lagi yang akan lebih benar.
Seno, seorang sastrawan dari generasi baru di sastra Indonesia ini, menghadirkan cerita yang sederhana tetapi kompleks (menurut Arif Bagus Prasetyo dalam tulisannya “Pelajaran dari Guru Kiplik” sebagai epilog Dodolitdodolitdodolibret). Di dalam cerpen ini terkandung kekayaan makna yang berlapis-lapis.
Menurutnya, penulis produktif kelahiran Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958 ini menyuguhkan pluralitas makna kebenaran beragama. Lewat tokoh Kiplik, cerpen ini memberi pesan yang kuat bahwa seseorang jangan mudah mengklaim agamanya sebagai agama paling benar dan menganggap sesat agama lain, serta jangan menganggap pemahaman diri agamanya sebagai yang paling benar di antara pemahaman-pemahaman orang lain. Kekuatan doa bukan hanya sekadar kebenaran pelafalan kata-kata dengan ketepatan gerakan dan waktu dalam melakukannya, tetapi perlu dilakukan dengan segenap jiwa dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kemahakuasaan Tuhan. Dengan demikian setiap orang diberi kebebasan untuk memilih kebenaran sesuai dengan yang diyakininya. Semua makna yang dibahas Arif tersebut juga terlihat dalam “Tiga Pertapa”.
Setelah kedua cerpen tersebut dibandingkan, ternyata terdapat satu poin yang berbeda. Dalam cerpen “Dodolitdodolitdodolibret”, Seno menggambarkan tokoh Guru Kiplik sebagai sosok yang hanya percaya kepada dunia empiris. Baginya, dunia nyata itu mesti indrawi, dapat diverifikasi oleh panca indra. Ia adalah seseorang yang “sangat sadar sesadar-sadarnya, pembayangan yang bagaimanapun, betapapun masuk akalnya, tidaklah harus berarti akan terwujudkan sebagai kenyataan, dalam pengertian dapat disaksikan dengan mata kepala sendiri” (Dodolitdodolitdodolibret, 2011: 3). Sementara dalam cerpen “Tiga Pertapa”, Tolstoy tidak menggambarkan tokoh uskup yang empiris. Uskup tersebut digambarkan sebagai tokoh agama yang taat beragama yang merasa berkewajiban menyebarkan ajaran Tuhan kepada seluruh umat manusia. Namun ketika melihat ketiga pertapa itu mampu berjalan bahkan berlari di atas air, ia merasa telah menjadi seorang pendosa.
Lalu, dalam hal ini apakah Seno benar-benar telah mengeluarkan segenap kekuatan imajinasi dan wawasan estetikanya dalam mencipta “Dodolitdodolitdodolibret”? Bagaimanakah bentuk horison harapan Seno yang mentransformasi berbagai cerita serupa dengan latar belakang berbagai agama di muka bumi ini (seperti pernyataannya pada keterangan referensial) dalam cerpennya tersebut? Apakah hal ini adaptasi ataukah hanya kebetulan belaka?
ADE SANTOSA, Mahasiswa UNINUS Bekerja Guru Honorer di jenjang SD.

Selasa, 03 Juli 2012

Metode Menulis Karya Ilmiah


• Kesalahan Penggunaan dan Penulisan Tanda Baca

Siswa sering melakukan kesalahan dalam penggunaan tanda baca koma (,) dalam karya tulisnya. Di dalam EYD disebutkan bahwa tanda koma (,) digunakan untuk: 1) rincian, 2) memisahkan kalimat setara, 3) memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat, 4) setelah konjungsi antarkalimat, 5) petikan langsung, 6) memisahkan nama dengan alamat, 7) memisahkan nama dengan gelar akademik, 8) mengapit aposisi, dan 9) di muka angka persepuluhan. Siswa peneliti juga sering melakukan kesalahaan dalam menggunakan tanda titik dua (:). Selain itu, dalam karya tulis siswa juga tidak jarang ditemukan kekurangtepatan pengetikan ataupun penulisan tanda baca. Pengetikan tanda baca rapat dengan kata yang diikuti, tidak perlu spasi. Spasi digunakan setelah tanda baca dituliskan.
• Penggunaan Konjungsi
Penggunaan konjungsi sehingga serta dan sering ditemukan dalam karya tulis siswa. Hanya saja, siswa belum memahami secara benar bahwa sehingga serta dan merupakan konjungsi antarklausa, bukan konjungsi antarkalimat. Tidak jarang ditemukan konjungsi sedangkan berada di awal kalimat, begitu juga dengan konjungsi dan. Hal tersebut yang membuat ketidakbakuan kalimat pada karya tulis siswa. Selain itu, penggunaan konjungsi di mana, yang mana juga sering ditemukan dalam karya tulis siswa. Dalam bahasa Indonesia, kata di mana dan yang mana bukanlah konjungsi, tetapi kata Tanya
• Penyusunan Kalimat
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, kalimat dalam karya ilmiah harus logis, sesuai dengan kaidah penulisan dan penyusunan kalimat, tidak berbelit-belit, dan tidak ambigu. Kalimat yang terlalu panjang dengan menggunakan berbagai jenis konjungsi justru dapat membingungkan pembaca dalam memahami maksud kalimat. Begitu juga kalimat yang tidak jelas unsur-unsur pembentuknya, misalnya subjeknya tidak jelas juga dapat membingungkan pembaca. Selain itu, kalimat dalam karya ilmiah haruslah logis agar tampak keilmiahannya.
Dari segi kaidah, kalimat yang tidak logis bisa saja benar. Kalimat tersebut sudah memenuhi unsur minimal kalimat, yaitu unsur subjek dan predikat. Hanya saja, makna kalimat tersebut tidak logis karena kesalahan pilihan katanya, seperti tampak pada contoh berikut.
1)    Karya tulis saya berhasil dikalahkan oleh karya tulis dari sekolah lainnya.
2) Penelitian ini
membutuhkan waktu yang relatif panjang.
2)    Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
1. Hakikat Karya Ilmiah
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.
 2.BRU Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.
Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium , artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.
2. Ciri – cirri Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :
a. struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
b. komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
c. , sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
d. penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
3. Jenis – jenis Karya Ilmiah
Adapun jenis – jenis karya ilmiah, yaitu :
a. Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
b. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.
c. Disertasi
Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
4. Sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
b. Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
c. Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
d.Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
e. Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
f. Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
g. Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.
5. Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah
Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.
Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :
• salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
• salah dalam menyusun struktur pelaporan,
• salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
• salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
• penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar,
• tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),
• tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.
Tujuan penulisan karya ilmiah, antara lain menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.
Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.
Karya ilmiah populer adalah karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.

Ciri-Ciri Karya Ilmiah

Karangan ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-methodis. Karangan ilmiah bersifat sistematis dan tidak emosional. Dalam karya ilmiah disajikan kebenaran fakta.
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008 : 99) adalah sebagai berikut :
(1) merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti,
(2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi,
(3) Tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).

                                                    Macam – Macam Karya Ilmiah :
• Artikel Ilmiah Popular
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah
• Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.


• Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.
• Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.
Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.
• Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.

• Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.
• Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka.


Sikap Ilmiah
Ada 7 sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap penulis atau peneliti berdasarkan penapat Istarani (2009 : 4) yaitu :
1. sikap ingin tahu
2. sikap kritis
3. sikap terbuka
4. sikap objektif
5. sikap menghargai karya orang lain
6. sikap berani mempertahankan kebenaran, dan
7. sikap menjangkau ke depan.

                     Kesalahan – kesalahan yang dapat ditemukan dalam Karya Ilmiah :
Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adalah dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri.
Secara ringkasnya berbagai kendala yang dijumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :
1. salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
2. salah dalam menyusun struktur pelaporan,
3. salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
4. salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
5. penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang belum baik dan benar,
6. tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),
7. tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah). 

TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH

Oleh : Hamdani Mulya, S.Pd
(Dosen STAIN Malikussaleh Lhokseumawe)


1. Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Jikapun, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan penelitian lanjutan.
Tradisi keilmuan menuntut para calon ilmuan (mahasiswa) bukan sekadar menjadi penerima ilmu. Akan tetapi sekaligus sebagai pemberi (penyumbang) ilmu. Dengan demikian, tugas kaum intelektual dan cendikiawan tidak hanya dapat membaca, tetapi juga harus dapat menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi bagi seorang mahasiswa sebagai calon ilmuan wajib menguasai tata cara menyusun karya ilmiah. Ini tidak terbatas pada teknik, tetapi juga praktik penulisannya. Kaum intelektual jangan hanya pintar bicara dan “menyanyi” saja, tetapi juga harus gemar dan pintar menulis.
Istilah karya ilmiah disini adalah mengacu kepada karya tulis yang menyusun dan penyajiannya didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Di lihat dari panjang pendeknya atau kedalaman uraiaan, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan laporan penelitian. Dalam penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian, didasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya semacam itu didahului oleh studi pustaka dan studi lapangan ( Azwardi, 2008 : 111).
Finoza dalam Alamsyah (2008 : 98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya atas 3 jenis, yaitu (1) karangan Ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karektiristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Sedangkan karangan non ilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada karangan baku; sedangkan karangan semi ilmiah berada diantara keduanya.
Sementara itu, Yamilah dan Samsoerizal (1994 : 90) memaparkan bahwa ragam karya ilmiah terdiri atas beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Menurut pengelompokan itu , dikenal ragam karya ilmiah seperti ; makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
 
 2. Sikap Ilmiah
Ada tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh setiap penulis atau peneliti berdasarkan pendapat Istarani (2009 : 4) yaitu : sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan.

3. Ciri-Ciri Karya Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-methodis. Karangan ilmiah bersifat sistematis dan tidak emosional. Dalam karya ilmiah disajikan kebenaran fakta.
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008 : 99) adalah sebagai berikut : (1) merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti, (2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi, (3) Tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).

4. Manfaat Penulisan Karya Ilmiah
Ada beberapa manfaat penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut : (1) Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, karena sebelum menulis karya ilmiah, penulis harus membaca dulu, (2) penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber dan mengembangkan ke tingkat pemikiran yang lebih matang, (3) Penuliskan akan terasa akrab dengan kegiatan perpustakaan, seperti bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku, (4) Penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis, (5) Penulis akan memperoleh kepuasan intelektual, dan (5) Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat (Istarani, 2009 : 5). Selain itu, dengan karya ilmiah penulis juga telah ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) melalui karya tulis yang dihasilkannya. Dengan demikian para penulis dan peneliti telah memberikan royalti (masukan) yang berguna bagi pengembangan IPTEK itu sendiri. Sehingga karya ilmiah tersebut dapat dibaca dan bermanfaat bagi para mahasiswa, intelektual, pendidik (guru dan dosen), dan bagi masyarakat umum. 

5. Prinsip-Prinsip Penulisan Karya Ilmiah
Prinsip-prinsip umum yang mendasari penulisan sebuah karya ilmiah adalah:
1. Objektif, artinya setiap pernyataan ilmiah dalam karyanya harus didasarkan kepada data dan fakta. Kegiatan ini disebut studi empiris. Objektif dan empiris merupakan dua hal yang bertautan.
2. Prosedur atau penyimpulan penemuannya melalui penalaran induktif dan deduktif.
3. Rasio dalam pembahasan data. Seorang penulis karya ilmiah dalam menganalisis data harus menggunakan pengalaman dan pikiran secara logis.
 
6. Tema Karya Ilmiah
Dalam menulis karya ilmiah, penulis hendaklah mengangkat tema-tema yang aktual dan buka suatu tema yang sudah basi dan kusam. Sehingga karya tulis yang dihasilkan lebih berbobot dan mendapat sambutan yang baik dari pembaca. Sering penulis kadang kala mengangkat tema yang kurang penting yang hanya menjadi sebuah tulisan yang mubazir. Selain itu, ada sebagian penulis ilmiah hanya bertindak sebagai seorang penulis plagiator atau diistilahkan dengan penulis “ceplakan atau sarjana photocopy, julukan bagi mahasiswa yang skripsinya diupahkan pada tukang buat skripsi”.
Kata ‘tema` diserap dari bahasa Inggris theme yang berarti ‘pokok pikiran`. Kata theme itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti ; meletakkan atau menempatkan (Walija, 1996 : 19). Tema sebuah karangan merupakan ide dasar atau ide pokok sebuah tulisan. Biasanya tema tidak dapat dilihat dengan kasat mata dalam sebuah karangan, karena bukan terdapat dalam sebuah kalimat yang utuh, tetapi tema merupakan cerminan dari keseluruhan isi karangan dari awal sampai akhir. Lebih jelas mengenai tema Walija (1996 : 19-20) memaparkan bahwa tema merupakan amanat atau pesan-pesan yang dapat dipetik dari karangan. Rumusan dari simpulan yang berupa pesan-pesan pengarang itulah yang disebut tema.
Sebuah tema yang baik adalah harus menarik perhatian penulis sendiri. apabila penulis senang dengan pokok pembicraan yang ingin dikarang tentu seorang pengarang dalam keadaan senang atau tidak dalam keadaan terpaksa. Selain menarik perhatian, tema yang hendak ditulis terpahami dengan baik oleh penulis.
Selain tema dalam setiap tulisan ilmiah juga harus memiliki topik. Ada sebagian orang menyamakan antara topik dengan tema. Ternyata pendapat itu keliru. Topik adalah pokok pembicaraan yang ingin disampaikan dalam karangan.
Rambu-rambu yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang penulis untuk menentukan dan memilih topik yang baik adalah sebagai berikut :
(1) Topik sebaiknya aktual.
(2) Topik sebaiknya berasal dari dunia atau bidang kehidupan yang akrab dengan penulis.
(3) Topik sebaiknya memiliki nilai tambah atau memiliki arti yang penting, baik bagi penulis sendiri atau bagi orang lain.
(4) Topik sebaiknya selaras dengan tujuan pengarang dan selaras dengan calon pembaca.
(5) Topik sebaikknya asli, bukan pengulangan atas hal yang sama yang pernah disajikan oleh orang lain.
(6) Topik sebaiknya tidak menyulitkan pencarian data, bahan, dan informasi lain yang diperlukan.

7. Tahapan Umum Penulisan Karya Ilmiah
Tahap persiapan mencakup kegiatan menemukan masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Masalah yang ditemukan itu didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah. Langkah berikutnya mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoritis.
Langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan. Metodologi dalam tahap persiapan penulisan karya ilmiah juga diperlukan . Metodologi mencakup berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran, dan teknik analisis data. Kemudian tahap penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai. Terakhir adalah tahap penyuntingan dilakukan setelah proses penulisan dianggap selesai.

8. Bahasa Karya Ilmiah
Bahasa memegang peranan penting dalam penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu pemahaman tentang diksi (pilihan kata atau seleksi kata, Inggris; diction), istilah, kalimat, penyusanan paragraf, dan penalaran yang diungkapkan harus dikuasai peneliti. Selain itu, penulisan karya ilmiah harus mengacu pada Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan sesuai dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Dengan demikian, gaya penulisan karya ilmiah hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif, dan impersonal.
Disisi lain, bahasa merupakan alat yang cukup penting dalam karangan ilmiah. Langkah pertama dalam menulis karya ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar (Suriasumantri, 1986 : 58 ). Apabila bahasa kurang cermat dipakai, karangan bukan saja sukar di pahami, melainkan juga mudah menimbulkan salah pengertian. Bahasa karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran penulis (Surakhmat dalam Finoza, 2006 : 215 ).
Dalam menulis karya ilmiah penulis juga diharapkan mampu menggunakan bahasa secara cermat. Sajikan ide-ide secara urut sehingga pokok-pokok pikiran dan konsep tersusun secara koheren. Gunakan ungkapan yang ekonomis sehingga tidak terjadi pengulangan ide atau penggunaan kata-kata yang berlebihan. Lain dari itu, gunakan ungkapan halus (smooth), agar pembaca dapat mengikuti alur pembahasan dengan mudah. Gaya kalimat jangan seperti puitis dan perhatikan penulisan secara benar dan baku.












9. Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah
Dalam penggunaan bahasa terdapat beberapa ragam bahasa. Sugono ( 1999 : 10) berpendapat bahwa berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, ragam bahasa sastra, dan ragam bahasa jurnalistik.
Yamilah dan Samsoerizal (1994 : 10) mengklasifikasikan ragam bahasa dengan nama istilah ragam fungsioleg. Ragam fungsioleg adalah ragam berdasarkan sikap penutur mencakup daya ucap secara khas. Ragam ini digunakan antara lain dalam kegiatan: kesehatan, susastra, olahraga, jurnalistik, lingkungan, dan karya ilmiah. Setiap bidang tersebut menampakkan ciri tersendiri dalam pengungkapannya. Hadi dalam Alamsyah (2008 : 102) mengatakan bahwa bahasa ragam karya ilmiah memilki karakteristik tersendiri yaitu : singkat, padat, sederhana, lugas, lancar, dan menarik.
Selain itu, gaya penulisan karya ilmiah hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif, dan impersonal. Kejelasan dimaksudkan bahwa setiap karya ilmiah harus mampu menyampaikan informasi kepada pembaca tentang objek penelitiannya secara gamblang. Kegamblangan ini dibicarakan sebagai photo copy dari aslinya. Inilah yang dimaksud dengan reproduktif. Sedangkan impersonal berarti peniadaan kata ganti perorangan seperti: saya atau peneliti. Misalnya: Adapun masalah yang akan diteliti mencakup, pengkajian, perencanaan, pelaksaan, dan penelitian. Pada posisi kata impersonal “diteliti” tidak boleh menggunakan kata saya atau peneliti.

10. Tertib Mengutip
Dalam tradisi mengarang ilmiah berlaku mengutip pendapat orang lain. Karya ilmiah pada umumnya merupakan hasil pengamatan atau penelitian yang merupakan lanjutan dari penelitian yang terdahulu. Dengan kata lain, hasil-hasil penelitian orang lain, pendapat ahli, baik yang dilisankan maupun yang dituliskan dapat digunakan sebagai rujukan untuk memperkuat uraian atau untuk membuktikan apa yang dibentangkan (Walija, 1996 : 125). Dalam dunia tulis menulis ilmiah ada dua macam jenis kutipan, yaitu : kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung dalam pengutipannya harus diberi tanda kutip (“… “). Sedangkan kutipan tidak langsung tidak diberikan tanda kutip. Namun, kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung dalam tertip mengutip harus diberikan tanda dengan catatan kaki (foot notes).
Catatan kaki adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan uraian (teks) yang ditulis di bagian bawah halaman yang sama. Apabila keterangan semacam ini disusun dibagian akhir karangan bisanya disebut keterangan saja. Catatan kaki bukan hanya untuk menunjukkan sumber kutipan, melainkan juga dipergunakan untuk memberikan keterangan tambahan terhadap uraian atau teks.
Ada beberapa prinsip mengutip, yaitu : (1) Tidak mengadakan perubahan, (2) Memberitahu bila sumber kutipan mengandung kesalahan, (3) Memberitahu bila melakukan perbaikan, dan (4) Memberitahu bila menghilangkan bagian-bagian tertentu yang ada didalam kutipan.




11. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar sejumlah buku acuan atau referensi yang menjadi bahan utama dalam suatu tulisan ilmiah. Selain buku, majalah, surat kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran ilmuan juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menulis. Walija (1996 : 149) mengatakan bahwa daftar pustaka atau bibliografi adalah daftar buku atau sumber acuan lain yang mendasari atau menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan karangan. Unsur-unsur pada daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki. Perbedaannya hanya pada daftar pustaka tiada nomor halaman.
Usur-unsur pokok daftar pustaka adalah sebagai berikut:
1) Nama pengarang, diurutkan berdasarkan huruf abjad (alfabetis). Jika nama pengarang lebih dari dua penggal nama terakhir didahulukan atau dibalik.
2) Tahun terbit buku, didahulukan tahun yang lebih awal jika buku dikarang oleh penulis yang sama.
3) Judul buku, dimiringkan tulisannya atau digaris bawahi.
4) Data publikasi, penerbit, dan tempat terbit.
5) DAFTAR PUSTAKA ditulis dengan huruf kapital semua dan menempati posisi paling atas pada halaman yang terpisah.

Contoh penulisan daftar pustaka :
Ismail, Taufiq. 1993. Tirani dan Benteng. Jakarta : Yayasan Ananda

Mulya, Hamdani. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Lhokseumawe : STAIN Malikussaleh.









Memasuki dunia Tulis Menulis Karya Ilmiah


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Segala puji Syukur hanyalah milik Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.shalawat serta salam semoga tetap terlimpah pada teladan umat manusia,panglima para syuhada serta imam para ulama ,Nabi Muhamad SAW.
Maha suci Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tanpa halangan yang berarti.
Penulis menyadari meskipun dalam pembuatan karya tulis ini masih terdapat kekurangan,namun penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesaikannya tugas ini tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ini dibuat sebagai bahan penilaian TUGAS 1 mata kuliah menulis tahun 2010-2011.Adapun tema sebagai dasar penyusunan karya ini yaitu yang bertemakan”menulis karya ilmiah”dari tema tersebut,penulis mengambil tema atau sub judul yang lebih khusus yaitu”permasalahan membuat karya ilmiah dikalangan mahasiswa”semoga dengan terselesaikannya karya tulis ini dapat bermanpaat serta dapat menambah wawasan ,khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang memerlukannya.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 permasalahan
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Metode Penelitian
I.5 Kegunaan Penelitian
I.6 Sistematika Penelitian
Bab II PEMBAHASAN
2.I Hakikat Karangan Ilmiah
2.2 Tujuan Dan Manfaat Menulis Karya Ilmiah
2.3 Proses Penulisan Karangan
            2.3.1 Merancang
            2.3.2 Mendraf
            2.3.3 Menyunting 
2.4 Merancang Karya Ilmiah
            2.4.1 Pengertian Merancang
            2.4.2 Langkah Merancang
            2.4.3 Hasil Akhir Kegiatan Merancang
2.5 Peran Sumber Bahan Dalam Karangan Ilmiah
            2.5.1 Pengertian Sumber Bahan
            2.5.2 Jenis Sumber  Bahan
            2.5.3 Manfaat Sumber Bahan
            2.5.4 Aturan Pengutipan Sumber  Bahan
            2.5.5 Hubungan Sumber  Bahan dengan Daftar pustaka
BAB III PENUTUP
3.1.kesimpulan
BAB IV DAFTAR PUSTAKA

                                                         BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Memasuki dunia tulis-menulis mahasiswa dituntut tidak hanya sekedar menerima ilmu tapi tapi juga memberikan ilmu. Menulis itu sendiri merupakan media untuk menularkan ilmu  dari  generasi ke generasi. Mahasiswa sebagai calon ilmuan akan banyak dihadapkan dengan masalah-masalah ilmu pendidikan. Oleh sebab itu karya ilmiah menjadi sangat penting adanya.Kaya ilmiah biasanya di tulis untuk mencari jawaban tentang suatu hal atau suatu permasalahan dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.Maka dari itu mahasiswa sebagai calon ilmuan tidak hanya dapat membaca, tetapi harus dapat menulis dan wajib menguasai tata cara menyusun karya ilmiah. Masalahnya kalangan mahasiswa masih banyak menemukan kesulitan dalam hal menulis karya ilmiah, maka makalah ini akan dipaparka hal-hal yang berkenaan dengan tata cara penulisan karya ilmiah untuk memecahkan berbagai masalah.
1.2  permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang akan timbul adalah:
1.2.1 Tingginya potensi mahasiswa dalam bidang  tulis menulis.
1.2.2  Perlunya mengembangkan potensi dalam diri mahasiswa dibidang tulis menulis.
1.2.3 Mahasiswa sebagai pelaku pendidikan tidak seharusnya hanya menerima ilmu tetapi juga harus melahirkan ilmu-ilmu baru.
1.2.4 Kurang mampunya  mahasiswa menerapkan bahasa tulis yang baik dan benar.
1.2.5 Mahasiswa dalam memecahkan masalah dituntut supaya dapat bisa berkarya ilmiah dengan baik dan benar.
1.3 Tujuan
   Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1.3.1 Untuk mengembangkan potensi tulis menulis bagi mahasiswa.
1.3.2  Agar mahasiswa mampu menulis karangan karangan ilmiah.
1.3.3 Untuk memperluas wawasan potensi yang dimilki mahasiswa.
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah:
1.4.1 Metode kepustakaan yaitu dengan membaca dari buku (study kepustakaan)
1.5 Kegunaan
Secara garis besar kegunaan dilakukannya penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.5.1.Untuk Umum: dapat dibuat sebagai bahan karya tulis lain.
1.5.2 Untuk khusus : dapat menambah wawasan.
1.6 .Sistematika
Sistematika yang digunakan sebagai bahan penyusunan karya tulis ini merupakan sistematika pada umumnya, yang terdiri atas:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 permasalahan
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Metode Penelitian
I.5 Kegunaan Penelitian
I.6 Sistematika Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.I Hakikat Karangan Ilmiah
2.2 Tujuan Dan Manfaat Menulis Karya Ilmiah
2.3 Proses Penulisan Karangan
            2.3.1 Merancang
            2.3.2 Mendraf
            2.3.3 Menyunting 
2.4 Merancang Karya Ilmiah
            2.4.1 Pengertian Merancang
            2.4.2 Langkah Merancang
            2.4.3 Hasil Akhir Kegiatan Merancang
2.5 Peran Sumber Bahan Dalam Karangan Ilmiah
            2.5.1 Pengertian Sumber Bahan
            2.5.2 Jenis Sumber  Bahan
            2.5.3 Manfaat Sumber Bahan
            2.5.4 Aturan Pengutipan Sumber  Bahan
            2.5.5 Hubungan Sumber  Bahan dengan Daftar pustaka
BAB III PENUTUP
3.1.kesimpulan
BAB IV DAFTAR PUSTAKA


                                                               BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Karangan Ilmiah
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.
2.2 Tujuan dan Manfaat Menulis Karya Ilmiah
Tujuan penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.
            Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.
Karya ilmiah populer adalah karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.
2.3 Proses Penulisan Karangan Ilmiah
Sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang di tawarkan oleh David Nunan, yaitu (1) tahap pra-penulisan atau merancang, (2) tahap penulisan atau mendraf (3) tahap perbaikan/ editing.
            2.3.1 Merancang
Yang termasuk kegiatan merancang adalah :
Penentuan topik,penentuan tujuan dan pemilihan bahan.
            2.3.2 Mendraf
Yang termasuk kegiatan mendraf adalah :
Penyusunan paragraf dan kalimat,pemilihan kata,dan teknik penulisan
            2.3.3 Menyunting
Setelah proses penulisan dianggap selesai maka dilakukan proses penyuntingan atau revisi yaitu perbaikan buram pertama dan pembacaan ulang.
Pada tahap ini kita perlu meneliti secara konpleks hal-hal yang berkenaan penulisan yang baik dan benar.
2.4 Merancang Karya Ilmiah
            2.4.1 Pengertian Merancang
Merancang merupakan kegiatan merencanakan apa yang akan kita tulis atau disebut juga kerangka karangan.
            2.4.2 Langkah Merancang
Untuk mempermudah proses penulisan karya ilmiah, agar pikiran tidak kacau, ada baiknya sebelum memulai tulisan kita membuat rancangan tulisan atau kerangka karangan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
·         Pemilihan Topik
·         Pembatasan Topik
·         Topik dan Judul
·         Tujuan Penulisan
·         Bahan Penulisan
·         Kerangka Karangan
            2.4.3 Hasil Akhir Kegiatan Merancang
Hasil akhir dari kegiatan merancang adalah terbentuknya kerangka karangan yang terperinci.
Contoh sederhana kerangka karangan :
 
       

        Topik       : Lingkungan
        Judul        : Pencemaran air Sungai
1.                    Pengertian
a.        Pencemaran
b.        Air
c.        Sungai
d.        Pencemaran Air Sungai
2.                Pentingnya air dan sungai bagi kehidupan
3.               Penyebab terjadinya pencemaran air sungai
a.        Polutan
b.        Rendahnya kesadaran masyarakat
4.              Dampak negatif dari pencemaran air sungai
a.        Bagi kehidupan makhluk hidup
b.        Dalam bidang sosial budaya
5.              Cara penangulangan pencemaran air sungai.



2.5 Peran Sumber Bahan dalam Karangan Ilmiah
2.5.1 Pengertian Sumber Bahan
Sumber bahan dalam pembuatan karya ilmiah adalah segala sesuatu yang di gunakan untuk mendukung penulisan karya ilmiah itu sendiri.Halini dapat berupa inpormasi,data,teori,contoh-contoh,gagasan,dan lain-lain.
2.5.2 Jenis Sumber Bahan
. Buku perpustakaan
. Buku-Buku yang relevan
 2.5.3 Manfaat Sumber Bahan
Manfaat sumber bahan ini  di bagi menjadi beberapa bagian,yaitu
·         Landasan teori
·         Sebagai penjelasan
·         Penguat pendapat yang dikemukakan penulis
2.5.4 Aturan Pengutipan Sumber Bahan
 
                             Panjang
                                                                   


 

. kutipan tidak lebih dari     tiga baris ketikan   
. Kutikan di salin kedalam teks
. diapit dengan tanda kutip
 
                                                                         Pendek
                                                                                 
. Mengutip langsung dari sumber
.secara utuh tanpa perubahan sedikitpun
. Intensitas mengutip tidak lebih dari 30 % dari kutipan   yang ada

 
Langsung                                           



Kutipan

.Kutipan lebih dari 1 paragraf
 
Panjang
. Mengutip pokok-pokok pikiran penulis
 dan menuangkan kembali dengan bahan sendiri

 
Tidak langsung
. Terdiri dari 1 paragraf
 . kutipan di beri tempat   tersendiri
 
Pendek
                       



Pendek
                       
2.5.5 Hubungan Sumber Bahan dengan Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar sejumlah buku acuan atau referensi yang menjadi bahan utama dalam suatu tulisan ilmiah. Selain buku, majalah, surat kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran ilmuan juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menulis. Walija (1996 : 149) mengatakan bahwa daftar pustaka atau bibliografi adalah daftar buku atau sumber acuan lain yang mendasari atau menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan karangan. Unsur-unsur pada daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki. Perbedaannya hanya pada daftar pustaka tiada nomor halaman.
Usur-unsur pokok daftar pustaka adalah sebagai berikut:
1) Nama pengarang, diurutkan berdasarkan huruf abjad (alfabetis). Jika nama pengarang lebih dari dua penggal nama terakhir didahulukan atau dibalik.
2) Tahun terbit buku, didahulukan tahun yang lebih awal jika buku dikarang oleh penulis yang sama.
3) Judul buku, dimiringkan tulisannya atau digaris bawahi.
4) Data publikasi, penerbit, dan tempat terbit.
5) DAFTAR PUSTAKA ditulis dengan huruf kapital semua dan menempati posisi paling atas pada halaman yang terpisah.
Contoh penulisan daftar pustaka :
Ismail, Taufiq. 1993. Tirani dan Benteng. Jakarta : Yayasan Ananda
Mulya, Hamdani. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Lhokseumawe : STAIN Malikussaleh.

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karya Ilmiah adalah suatu cara untuk mencari ilmu pengetahuan yang
dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis
data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Tujuannya untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.
Proses penyusunan karya ilmiah ada 3 tahap yaitu : merancang, mendraft,menyunting. Sumber bahan dalam pembuatan karya ilmiah adalah segala sesuatu yang di gunakan untuk mendukung penulisan karya ilmiah itu sendiri.Halini dapat berupa inpormasi,data,teori,contoh-contoh,gagasan,dan lain-lain.
Jenis Sumber Bahan
. Buku perpustakaan
. Buku-Buku yang relevan
Manfaat Sumber Bahan
Manfaat sumber bahan ini  di bagi menjadi beberapa bagian,yaitu
·         Landasan teori
·         Sebagai penjelasan
·         Penguat pendapat yang dikemukakan penulis

Daftar pustaka merupakan daftar sejumlah buku acuan atau referensi yang menjadi bahan utama dalam suatu tulisan ilmiah. Selain buku, majalah, surat kabar, catatan harian, dan hasil pemikiran ilmuan juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam menulis.
                                                  BAB IV DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, dkk. 2000. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Kusniawan, Aef. 2004. Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung : Mujahid Press